Selasa, 24 April 2012

TAMBO SELALI, MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN

Bismillah hirrahmannirahim
inanallah humaraka Sultan alazim malikul kari Pazlullah minal alam almashur alwahab alajim bilkawissawir dalkaram syahdan Adam.

Batuhan engkau Saidi Alam maka terjadilah alam, tatkala diturunkan Allah taala, Adam dengan Siti Hawa ke atas dunia keatas bukit Sirtul Basir.
Yang diatur Allah ialah antara Masyrik dan Magrib, antara awang dan Gemawang, antara bumi dan langit pada tanah sinai. Perbendaraan baitul makmur, itulah negeri yang bernama Darul Islam. Dan dari hening sendirian tanpa menyatakan martabat pada sipat adam pertama, Kedua Adam Saufi, ketiga Adam Abu Basyaria namanya, ke empat Adam Khalifatullah namanya. Maka berbantalah segala anak Adam yang Empat Puluh Empat (44), setengah mengatakan anak adam itu 99 (sembilan puluh sembilan) dan ia berbantah setengah mengatakan dirinya patut akan menjadi raja, sebab bebantah karena kebesaran. Maka berbantahlah Adam dengan Siti Hawa, pergilah kamu mencari anak dengan tiada Bapak, aku mencari anak dengan tiada Ibu. Maka berjalanlah ia seorang Masyrik seorang ke Magrib, maka berjalanlah Adam Khalifah Allah dengan takdir allah taalah dan serta hidayahnya serta dengan masuk, maka terbitlah manikam yang sempurna dalam kapal madillah yang hilang gemilang rupanya yang amat permai seperti rupa manusia tiada dapat ditentang nyata, lebih dari pada cahaya bulan dan matahari.
Maka dengan takdir Allah dengan hidayah Allah taalah, serta iradatnya dan kudratnya, maka lahirlah anak yang bernama SULTAN HIDAYATULLAH akan raja di dalam dunia. Maka berkatalah Adam Kalifatullah siapalah memelihara anakku ini, akalnya terlalu tajam, rupanya terlalu permai umpama bulan purnama 14 hari, tidak dapat ditentang nyata, maka sembahlah Habil dan Kabil, Rohani dan Nurani kamilah yang memelihara saudara kami ini tatkala ia sembah maklum Tita berjunjung manakalah menolak sembah raja, dinamakan bila sudi karena raja itu kaya emas melainkan kaya budi.

Dengan sembah wama bakdu adapun kemudian dari pada itu maka munajtlah Adam Kalifatullah pada bukit Jabilukap, maka diturunkan Allah lah MANGKOTO kepada Adam Kalifatullah serta dengan jurai medang melarai. Maka turunlah Adam Kalifatullah pada padang Zulkarnai mengajarkan anaknya SULTAN HIDAYATULLAH seperti firman dalam Al qur'an fi kuli yaumi baladin jal bul hasananil ila yaumidin, bahwa Muhammad sidul mursalin Walakabtul lil muttakin amin ya rabul alamin.
Maka firman Allah taalah dalam al qur'an ; ala milkin inna kalakna insani ala bayani wa samsyi wal khamarah inni jailu fil ardhi khlifah, telah kujadikan Jin dan manusia akan menyembah daku di alam dunia ini, maka diturunkan Allah seekor burung, lagi pandai bicara kepada SULTAN HIDAYATULLAH ISKANDAR ZULKARNAIN KHALIFATULLAH, Johan berdaulat Hidayatullah Allah taala Alimu alatdakwan berkata saidil anam.
Burung itulah menjadi tanah daratan yang bernama pulau LANGKA PURA. Antara Palembang dengan Jambi, maka berlayarlah Sultan Hidayatullah mencari tanah daratan, dengan kelengkapan menteri dan hulubalang, kemudian Tuan Bangkas pun berkodrat, temenggung di jaman kematangan si Pahit Lidah si Raja Hitam, Hulubalang MAHA RAJA INDRA, MAHA RAJA BUNGSU SAKTI TUAN PUTRI.............dengan beberapa lamanya maka diturunkan Allah taalah antara Awang dan Gemawang ialah anak yang di Pertuan nan bernama SULTAN HIDAYATULLAH ISKANDAR ZULKARNAI KHALIFATULLAH FIL ALAM.

Johan berdaulat Bakina ya tullah alad dawam saidil anam negerinya bertuangkan Emas, berkuncikan besi yang amat hijau warnanya di pandang merah pernah dipandang kuning warnanya. Tiada dapat di tentang nyata ama Bakdu. Kemudian dari pada itu Sultan Maha Raja ..................yang Kerajaan di Negeri Cina nan seorang bernama SYARI SULTAN MAHARJA berdaulat yang kerajaan di Pulau Emas yang dekat pulau ANDALAS TANAH SAMPUR yang ketahan di Alam Minang Kabau adapun segala raja - raja di bawahnya mengambil berkat dan syafaat kebesaran, berkat Muhammad Habirurrahman.

Yang digelari Tuan Sekh Muhammad Abdurrahman ialah sekalian yang amat budiman lagi setiawan pada segala hamba Allah dan seperti firman Allah taalah didalam al qur'an; Inni Jailu Fil Ardhi Khalifatur rahman. Telah kujadikan Raja dalam dunia ini akan gantiku kata Allah Tuan yang bersipat Rahman Amiin Yarabul Alamin. Ama bakdu adapun kemudian dari pada itu maka tersebutlah kebesaran tuanku didalam alam Minangkabau dan ialah ialah Sutan yang menaruh Mangkuto Nabi Sulaiman dan ialah Sutan yang menaruh Tenun sepertinya menempatkan dirinya sepenuh setahun akan bilangan umur dunia dan ialah Sutan yang menaruh kayu Kramat dibagi tiga. Sebagi kepada SRI SUTAN MAHARAJA ALIP yang mempunyai Kerajaan didalam Ruhmu, sepertiganya kepada SRI SUTAN MAHARAJA JEPANG yang turun ke Negeri Cina melimpahkan adilnya kepada segala hamba Allah. Sebagi tinggal kepada SRI SUTAN MAHARAJA DIRAJA ialah yang turun kepada TANAH PAGARUYUNG di dalam alam MINANGKABAU yang amat kasih kepada hamba - hamba dan rakyat dan ialah Sutan yang menaruhkan Mamak Jimahad di negeri Minangkabau dirinya ialah Sutan yang menaruhkan Taring Emas dan ialah Sutan yang menaruhkan Janggo Janggi dan ialah Sutan yang menaruhkan Emas Kodrat. Allah rupanya seperti manusia dan ialah Sutan yang menaruhkan Emas Jata Jati patuh dibalik pendukungnya dan ialah Sutan yang menaruhkan Pohon Tiga Terawan yang bertahtakan Ratna Mutu Manikam dan ialah Sutan yang menaruhkan sebatang Pinang kepada beruk yang menggetah sendirinya dengan takdir Allah taalah dan ialah Sutan yang menaruhkan...........nan 190....dan
ialah Sutan yang menaruhkan gunung Ratna tempat segala Wali Allah diam dan ialah Sutan yang menaruh Gunung Berapi, awal perindu ditanganya tempat - tempat segalah Burung Liar berhimpun mati. Dan ialah Sutan yang menaruhkan Emas yang airnya Bunga dan ialah Sutan yang menaruhkan LEMBING KEMBARA.

Nan bertahtakan segar jasansan dan turunnya Kayu bertuliskan Tilawatil Qu,an dan ialah Sutan yang menaruhkan Keris Elang Bari. Maharani disarungkan ..............Dan ialah Sutan yang menaruhkan Lapik daun Hilalang, dan ialah Sutan yang menaruh akan Gaja yang Sakti dan ialah Sutan yang menaruhkan Laut Air Tawar sehari pelayaran dan ialah Sutan yang menaruhkan Kipas Batu dan ialah Sutan yang menaruhkan Hutan Jausau dan ialah Sutan yang menaruhkan gerak tindak bunyi antara Awang dan Gemawang, dan ialah Sutan yang menaruhkan tabuh pulut - pulut dan bergentang Jangat Tumau dan ialah Sutan yang menaruh Gendang Selaguri dan ialah Sutan yang menaruhkan Ayam nan Biring si Kinantan, dan ialah Sutan yang menaruhkan Padi terhimpun dan daun akan santapan Daulat di Pertuan Agung. Dan ialah Sutan yang menaruhkan Bunga Sri Mujari ialah Sutan yang menaruhkan Bunga Cempaka Biru Allahu alam Wabakdu. Kemudian dari pada itu turun kepada anak cucu Indo Jati asal dari pada yang di Pertuan dengan nenek Ketemanggungan dalam alam Minangkabau, ialah tuanku Raja Perempuan dan ialah PUTRI BUNGSU. Dan tuanku Raja Perempuan ialah Kerajaan dalam alam Minangkabau, anak beliau bernama Sutan Remendung dan bergelar Tuanku Raja Mudo dan adik beliau ialah Bujang Cindur Mato nan bergelar Sutan Baginda Alam ialah kerajaan dalam negeri Tanjung Sinai kemudian dari pada itu Raja Tiga naik Nobat seorang Raja Pagaruyung, dan serang Raja dalam Alam Bawo yang bergelar Raja Adat, dan seorang Raja Sumpur Kudus yang bergelar Raja Alam.

Lalu kepada juru nan 4 (empat) balai yang menjunjung Titah yang dipertuan yang boleh dihitam diputihkan nya ialah Datuk Bandaro Sungai Tarap Tuan Kadi di Padang Genting ialah Koto periangan terus menerus Tita penyantun. Maghdum di Sumanik ialah Imam Koto di Piling, adapun yang diperintahkan yang di Pertuan Agung dalam negeri Pagaruyung dalam Alam Minangkabau nan selaras batang Bangkuas nan seindah gunung merapi lalu keriak nan mendebur inggan (batas) selubung punai mati inggan sepucuk.......dibuang air Bangi, inggan teratak air lalu hitam lalu ke bandar nan sepuluh lalu ke liku Pariaman, lalu turun ke Bandar Padang. Lalu ketepi sebelah barat, lalu keteluk ujung karang, sampai ke tempat tapak tuan, lalu keteluk indau Purau sampai ke bandar Muko - muko lalu ke Rejang, Bangkahulu (Bengkulu) inggan (batas) ditepi Teluk Rajo, lalu keteluk merampuyan samapai ke negeri Rawa Kikim, lalu ke penyeberangan Banten melampau ke tanah Jawa lalu ke Ambon.........sampai ke Johor ke petani lalu ke Bukit inggan itu rantau dipertuan, lalu berbalik kesebelah Matahari hidup, ke tanah Mujopahit lalu ke kampung tanah Bali lalu menyeberang ke Pallembang samapai mudik ke Pasma lalu jurus arah Semendo lalu ketanah Anak Gumai, lalu ke tanah Anak Tanjung Raya, sampai ke Musi 4 (empat) Lawang lalu keteluk Indra Giri sampai ke rawa si Kelawi lalu ke Kuto 9 (sembilan) Laras sampai ke Tanjung Sungai Ngiang. Kepada Tuanku Rajo Mudo lalu ketanah Aceh itulah rantau ambo yang penyantun pecahan Raja Benua Rohom pecahan Raja Benua Cina tambah Raja Laut inggan Pertuan perantauan dagang Minangkabau Amiin yarabul alamin.

Kemudian dari pada itu adalah kami punya permintaan kepada anak cucu kami yang dalam alam Minangkabau lalu rantau nan batua. Baik Kampar kiri maupun Kampar Kanan lalu kepulauan, lalu tanah besar, lalu tanah Jawa hendaklah kamu memuliakan Jib kami ini serta hendaklah kamu menolong barang apa kesukarannya. Janganlah dia diperdayakan orang kami punya yang membawa Jib ini termakan getah Kelawi sumpah yang penyantun dusisa. Padi tiada menjadi anak buah tiada kembang selamo - lamonyo, selama awan putih, selamo Laut setinggi langit tempat kelam Wallahu alam. adapun yang punya surat ini RAJA MANGKOTO ALAM Dusun Selali anak yang dipertuan Pagaruyung jugo dan yang menyurat ini ialah dari Raja Anak Dagang Senggarak pada Bandar Pino, Dusun Medan supaya Tuan - tuan maklum melihat surat ini.

                                                                  Tersurat pada 8 hari bulan Rajab

                                                                    Tahun 1233 H / Musim 1838 M